Selasa, 31 Maret 2020

Sejarah Kelahiran Tapak Suci Putera Muhammadiyah

Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah atau disingkat Tapak Suci, adalah sebuah aliran, perguruan, dan organisasi pencak silat yang merupakan anggota Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).
Tapak Suci termasuk dalam 10 Perguruan Historis IPSI, yaitu perguruan yang menunjang tumbuh dan berkembangnya IPSI sebagai organisasi.
Perguruan ini menekankan pada ketangkasan jurus tanpa mengandalkan tenaga dalam, bahkan dapat pula disebut aliran berkarakter full body contact. Hal itu yang menjadi daya tawar Tapak Suci hingga diterima dalam kehidupan modern sekaligus di kalangan internasional.
Diriwayatkan oleh pendiri perguruan Tapak Suci, H.M. Barie Irsjad, PBr. dan Muhammad Rustam Djundab, PBr. bahwa Tapak Suci lahir dari penggabungan tiga perguruan pencak silat yaitu Cikauman, Seranoman, dan Kasegu. Perguruan tersebut digabungkan oleh Pendekar Barrie Irsyad.
Ketiga perguruan itu memiliki pertalian antar generasi, sedangkan Barrie sendiri merupakan pendiri dari perguruan Kasegu. Ini berawal dari aliran pencak silat Banjaran di Pesantern Binorong Banjarnegara pada tahun 1872.
Aliran ini kemudian dikembangkan menjadi perguruan seni bela diri di Kauman Yogyakarta karena perpindahan guru (pendekarnya) yaitu K.H. Busyro Syuhada sebagai akibat dari gerakan perlawanan bersenjata yang dilakukannya sehingga beliau menjadi sasaran penangkapkan yang dilakukan oleh kolonial Belanda (VOC).
Di Kauman inilah K.H. Busyro Syuhada mendapatkan murid-murid yang tangguh dan sanggup mewarisi keahliannya dalam seni pencak silat. Perguruan seni pencak silat ini didirikan pada tahun 1925 dan diberi nama Perguruan Seni Pencak Silat Cikauman yang dipimpin langsung oleh Pendekar M. Wahib dan Pendekar A. Dimyati, yaitu dua murid yang tangguh dari K.H. Busyro Syuhada.
Perguruan ini memiliki landasan agama dan kebangsaan yang kuat. Perguruan ini menegaskan seluruh pengikutnya untuk bebas dari syirik dan mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama dan bangsa.
Peguruan Cikauman melahirkan pendekar-pendekar muda yang akhirnya mengembangkan cabang perguan untuk memperluas jangkauan dengan nama Perguruan Seranoman pada tahun 1930.
Perkembangan kedua perguruan ini semakin hari semakin berkembang pesat dengan pertambahan murid yang makin banyak.
Murid-murid dari perguruan ini kemudian banyak yang menjadi Anggota Laskar Angkatan Perang Sabil (LAPS) untuk melawan penjajah, dan anyak yang gugur dalam pertempuran bersenjata melawan penjajah.
Lahirnya pendekar-pendekar muda hasil didikan Peguruan Cikauman dan Seranoman memungkinkan untuk mendirikan perguruan-perguruan baru, yaitu Perguruan Kasegu pada tahun 1951.
Atas desakan murid-murid dari Perguruan Kasegu inilah, inisiatif untuk menggabungkan dan menyatukan semua aliran perguruan silat yang sejalan dan sealiran serta seperguruan lahir.
Pada tahun 1963, desakan itu semakin kuat dari anak murid Perguruan Kasegu. Pada tanggal 31 juli 1963 bertepatan dengan 10 Rabiul Awal 1383 H pukul 20:00, lahirlah Perguruan Tapak Suci secara resmi di Kauman Yogyakarta.
Belajar dari kegagalan pengelolaan dalam bentuk padepokan yang kental dengan senioritas, maka Barrie memutuskan untuk mengelola Tapak Suci menggunakan sistem pengelolaan organisasi modern yang dipimpin oleh seorang ketua umum.
Berubahlah Perguruan Tapak Suci menjadi sebuah organisasi pencak silat. Tapak Suci kemudian ditetapkan sebagai organisasi otonom yang berada di bawah naungan Persyarikatan Muhammadiyah. Namanya pun berubah menjadi Tapak Suci Putera Muhammadiyah.
Namun demikian, Tapak Suci kemudian tidak sekadar menjadi perguruan bela diri, melainkan juga menjadi alat dakwah, terutama bagi warga Muhammadiyah. Sifat perguruan ini terbuka, artinya dapat diikuti oleh seluruh kalangan usia.
Pada tahun 1964, Tapak Suci diibaratkan lahir kembali (tanpa Guru dan murid), hanya tinggal 3 Pelatih Muda yaitu M. Rustam, Drs. Irfan Hajam yang baru kembali dari Surabaya, dan M. Zundar Wisman.
Tahun 1964 inilah Tapak Suci mulai bangkit dan berkembang. Ketiga orang pelatih muda tersebut membuka pendaftaran anggota untuk umum. Sangat mengejutkan, yang mengikuti seleksi kurang lebih sebanyak 300 orang. Adapun yang diterima sekitar 75 orang, semata-mata karena pertimbangan tenaga pelatih
Dengan niat yang tetap dan sungguh-sungguh, kenyataan lapangan dijadikan pertimbangan untuk menentukan garis – garis kebijakan, yaitu :
1. Meningkatkan akhlak kepemimpinan
2. Materi latihan dirumuskan kembali
3. Sebutan menjadi “Tapak Suci Putera Muhammadiyah”
4. Logo Tapak Suci dimasukan kedalam sinar matahari
5. Dibentuk KOSEGU (Komando Serba Guna) Tapak Suci
6. Lahir motto “Dengan iman dan akhlak saya menjadi kuat, tanpa iman dan akhlak saya menjadi lemah”.
Saat ini Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera Muhammadiyah berkedudukan di Kauman, Yogyakarta, dengan Muhammad Afnan Zamhari, Pbr. sebagai ketua umum

Makanan Yang Paling Aku Suka Dari Ibu


GULAI

Gulai adalah masakan berbahan baku daging ayam, aneka ikankambingsapijeroan, atau sayuran seperti nangka muda dan daun singkong, yang diolah dalam kuah bumbu rempah yang bercita rasa gurih. Ciri khas gulai adalah bumbunya yang kaya rempah antara lain kunyitketumbarladalengkuasjahecabai merahbawang merahbawang putihadaspalaseraikayu manis dan jintan yang dihaluskan, dicampur, kemudian dimasak dalam santan.[1] Masakan ini yang memiliki ciri khas berwarna kuning karena pengaruh sari kunyit. Makanan ini dianggap sebagai bentuk lain dari kari, dan secara internasional sering disebut sebagai kari ala Indonesia,[2] meskipun dalam seni kuliner Indonesia juga ditemukan kari.

Variasi setempat[sunting | sunting sumber]

Gulai adalah salah satu jenis hidangan yang tersebar luas di Nusantara, terutama di Sumatra dan Jawa serta Semenanjung Malaya. Hidangan ini berasal dari Sumatra sebagai hasil pengaruh dan penerapan seni memasak India yang kaya akan rempah dan bumbu seperti kari. Gulai adalah salah satu bumbu hidangan dasar yang paling dikenal dalam Masakan Minangkabau, kuah gulai yang berwarna kuning ini menjadi bumbu dan memberikan cita rasa bagi berbagai macam hidangan yang disajikan di rumah makan Padang. Kuah atau bumbu gulai biasanya kental dalam hidangan MinangkabauMelayu, dan Aceh, akan tetapi di Jawa kuah gulai lebih cair menjadi semacam sup yang dihidangkan panas-panas yang berisi daging atau jeroan kambing.
Gulai biasanya disajikan bersama nasi panas, akan tetapi beberapa resep seperti gulai kambing dapat dihidangkan bersama roti canai.
Berikut ini adalah variasi gulai berdasarkan bahannya:

Manusia Indonesia adalah Campuran Beragam Genetika

ASLINYA dari mana? Begitu biasanya orang-orang memulai percakapan. Pertanyaan ini kadang sulit untuk dijawab. Itu baik hanya untuk sekadar basa-basi maupun benar-benar ingin tahu.
“Saya sendiri selalu mengaku sebagai orang Pare karena lahir di sana,” kata Herawati Supolo-Sudoyo, peneliti dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, mengawali pemaparannya dalam acara Koentjaraningrat Memorial Lectures XIII-2017 di Auditorium Museum Nasional, Jakarta.
Kepulauan Nusantara telah lama menjadi kediaman bagi ratusan populasi etnik dan budaya. Kini jumlahnya paling tidak sudah lebih dari 500 populasi. Penduduknya juga menuturkan lebih dari 700 bahasa yang berbeda. Kenyataan ini sering kali memunculkan pertanyaan: siapa sebenernya manusia Indonesia? Datang dari mana leluhurnya? Sejak kapan mereka mendiami kawasan ini?
Secara geografis, kata Herawati, Kepulauan Nusantara berperan penting sebagai penghubung daratan Asia dan Kepulauan Pasifik. Dua model telah digunakan untuk menerangkan migrasi yang kemudian membentuk populasi penghuni Asia Tenggara masa kini. Berdasarkan temuan arkeologi, Asia Tenggara mulai dihuni manusia modern sekira 50.000-70.000 tahun lalu.
Studi genetik yang dilakukan oleh konsorsium HUGO-Pan Asia memperlihatkan, semua populasi Asia Timur maupun Asia Tenggara berasal dari gelombang pertama migrasi Out of Africa. Migrasi ini menyusuri jalur selatan sekira 40.000-60.000 tahun lalu. Sementara itu, berdasarkan model Out of Taiwan, penyebaran penutur Bahasa Austronesia terjadi sekira 5.000-7.000 tahun lalu.
KISAH LELUHUR INDONESIA DARI TAIWAN
Ribuan tahun lalu bangsa Indonesia pernah disatukan oleh akar tradisi yang sama: bahasa Austronesia.
“Kita semua memang berbeda, tetapi kita memiliki kesamaan yang dirangkai melalui Austronesia sebagai benang merahnya,” ujar Harry Truman Simanjuntak, arkeolog senior Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas).
Hingga kini, para ahli sepakat bahwa para penutur Austronesia yang datang dari Taiwan adalah leluhur langsung bangsa Indonesia. Dari segi fisik, penutur Austronesia tergolong ras Mongoloid Selatan. Dalam perkembangannya, penampilan fisik memang menjadi sangat beragam. Kemampuan beradaptasi penutur Austronesia terhadap lingkungan baru mendorong terciptanya keragaman etnis. Pengaruh lainnya datang dari interaksi bologis antarkelompok atau dengan pendatang lainnya yang menyebabkan terjadinya percampuran gen.
Secara bahasa, warisan Austronesia ditandai dengan kata-kata yang mirip dalam bunyi dan makna. Beberapa kata, seperti bilangan satu sampai sepuluh di berbagai kawasan persebaran Austronesia menunjukkan adanya kekerabatan itu.

ASAL USUL INDONESIA


ASAL USUL NAMA INDONESIA
Ketika Sumpah Pemuda dicetuskan pada 28 Oktober 1928, nama Indonesia sebagai identitas pemersatu sebuah bangsa modern di Asia menjadi perekat lintas suku bangsa, agama, dan sekat-sekat primordial.
Asal-usul nama Indonesia mulai dikenal pada medio tahun 1800-an. Menurut sejarawan Universitas Oxford, Peter Carey, nama Indonesia muncul dan diperkenalkan James Richardson Logan (1819-1869) tahun 1850 dalam Journal of Indian Archipelago and Eastern Asia.
Logan adalah orang Skotlandia yang menjadi editor majalah Penang Gazette, wilayah Straits Settlement-kini Negara Bagian Penang, Malaysia-yang bermukim di sana kurun waktu 1842-1847.
"Nama yang diperkenalkan adalah Indonesia untuk menyebut Kepulauan Hindia yang waktu itu merupakan jajahan Belanda sehingga disebut Hindia-Belanda," kata Carey.
Bangsa Eropa mengenal dua wilayah Hindia, yakni Hindia-Barat, yaitu wilayah Kepulauan Karibia yang ditemukan Christopher Columbus yang semula diyakini sebagai wilayah Hindia (India)-pusat rempah-rempah yang dicari orang Eropa.
Sesudah ekspedisi Vasco da Gama dan Magellan, ditemukanlah Hindia Timur, yakni Kepulauan Nusantara, yang merupakan pusat rempah-rempah yang selama berabad-abad dicari orang Eropa.
Wilayah Nusantara tersebut merupakan persimpangan peradaban dan pengaruh budaya India dan Tiongkok sehingga ilmuwan Perancis, Dennis Lombard, menyebutnya sebagai carrefour de civilization atau silang budaya.
Sejarawan Yayasan Nation Building (Nabil), Didi Kwartanada, menambahkan, informasi tentang seorang priayi Inggris, Earl George Samuel Windsor (1813-1865), dalam karya ilmiah berjudulOn The Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations (1850) mengusulkan sebutan khusus bagi warga Kepulauan Melayu atau Kepulauan Hindia (Hindia-Belanda) dengan dua nama yang diusulkan, yakni Indunesia atau Malayunesia.
Tokoh lain yang disebutkan Peter Carey dan Didi Kwartanada adalah ilmuwan Jerman, Adolf Bastian (1826-1905), Guru Besar Etnologi di Universitas Berlin, yang memopulerkan nama Indonesia di kalangan sarjana Belanda.
Bastian memopulerkan nama Indonesia dalam bukunya berjudulIndonesien; Oder Die Inseln Des Malayischen Archipel terbitan 1884 sebanyak lima jilid. Buku tersebut memuat hasil penelitiannya di Nusantara dalam kurun 1864-1880. Menurut Carey, Bastian membagi wilayah Nusantara dalam zona etnis dan antropologi.
Identitas gerakan politik
Nama Indonesia menjadi identitas politik ketika trio Douwes Dekker, Ki Hajar Dewantara (Soewardi Soerjaningrat), dan dokter Tjipto Mangunkusumo mengusung gagasan modern berpolitik dalam Indische Partij (Partai Hindia), yang menjadikan orang-orang kelahiran Indonesia membangun kesadaran politik dan kebangsaan Indonesia tanpa membedakan sekat perbedaan suku-rasial dan keyakinan.
Sebagai kilas balik yang menarik, sejarawan Remco Raben dan Ulbe Bosma dalam buku Being Dutch In The Indies: A History of Creolisation and Empire, 1500-1920, mengungkapkan, kesadaran sebagai "Putera Hindia" juga muncul di kalangan Indo-Eropa.
Bahkan, pernah terjadi unjuk rasa menuntut hak sebagai Putera Hindia pada 1840-an yang sangat tidak lazim di Hindia-Belanda yang sangat konservatif.
Pasalnya, orang Eropa mengacu Benua Eropa adalah tanah airnya. Mereka hanya menjadi pemukim-trekker-yang suatu hari akan kembali ke Eropa dan tidak peduli masa depan Hindia.
Penulis buku Perang Napoleon di Jawa, 1811, Jean Rocher yang lulusan Akademi Militer Saint Cyr dan fasih berbahasa Indonesia mengatakan, reformasi politik pertama pada zaman penjajahan Belanda dilakukan oleh tokoh yang tak populer dalam sejarah Indonesia, yakni Herman Willem Daendels.
Daendels memecat birokrat korup dan mencabut hak-hak bangsawan lokal yang berlebihan serta menjalankan efisiensi pemerintahan. Sejarah menempatkan Daendels pada posisi antagonis.
Mengenai pertumbuhan dan kesadaran politik, Peter Carey menjelaskan, Hindia-Belanda jauh tertinggal dibandingkan dengan Filipina yang merupakan jajahan Amerika Serikat dan India yang merupakan jajahan Inggris.
Kesadaran untuk mempersiapkan kemerdekaan negeri jajahan sudah disadari pihak AS dan Inggris.
Adapun kelahiran Indische Partij dan kemunculan gerakan Sarikat Islam (SI) oleh HOS Tjokroaminoto dan kawan-kawan pada zaman Gubernur Jenderal Idenburg memicu pergerakan kebangsaan lebih lanjut oleh para pemuda yang mengalami banyak tekanan.
Apalagi pada 1926, pemberontakan Komunis ditumpas oleh Kolonial Belanda sehingga ruang aktivitas politik semakin diperketat.
Pada saat yang sama, krisis ekonomi global-malaise-melanda dunia dan memukul Hindia-Belanda yang ekonominya mengandalkan ekspor komoditas, seperti gula dan berbagai bahan mentah.
Pemanasan menjelang Sumpah Pemuda dimulai ketika tahun 1927, WR Supratman dan Yo Kim Tjan, pemilik Toko Musik Populair di Pasar Baru, berkolaborasi merekam lagu Indonesia Raya yang kemudian digandakan di Inggris.
Selanjutnya, pada 1928, para pemuda membuka Kongres Pemuda II di lahan Jong Katoliek Bond di Kompleks Katedral dan ditutup di rumah Sie Kong Liong di Jalan Kramat Raya 106, yang kini menjadi Museum Sumpah Pemuda.
Pemuda, seperti Mohammad Yamin, Amir Sjarifoeddin, dan Asaat, yang kelak menjadi pejabat presiden RI, pernah indekos di rumah Sie Kong Liong yang menyokong gerakan para pemuda hingga lahir Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober.