Jumat, 19 Juni 2020

Membangun Kembali Semangat Toleransi Manusia Indonesia

Pasien Sembuh Corona Tembus 10 Ribu, Apa Obatnya? : Okezone Nasional         






        Pemerintah telah menyatakan wabah virus corona sebagai bencana nasional. Maka, harus ada upaya gotong royong, sinergi sumber daya dan strategi dari semua komponen bangsa menghadapi rasa cemas yang dirasakan masyarakat internasional dan tentu masyarakat Indonesia. 



        Apalagi, dari hari ke hari, jumlah kasus positif Covid-19 terus meningkat signifikan. Catatan ini telah menimbulkan kepanikan dan silang pendapat yang ditimbulkan di luar konteks penanganan virus itu sendiri, bahkan menjadi komoditas politik dan ekonomi. Mari hilangkan pertikaian, politisasi, dan saling nyinyir seperti saat menghadapi konstestasi politik. 




       Perang melawan virus corona adalah arena perjuangan kemanusiaan, bukan arena politik maupun ekonomi. Kita kecam oknum dari unsur mana pun yang menjadikan bencana Covid-19 sebagai komoditas politik maupun komoditas ekonomi, seperti yang dilakukan oleh oknum yang tidak memiliki empati kemanusiaan dengan memanfaatkan kepanikan masyarakat. 


Warga Wuhan meneriakkan "Wuhan, jiayou!" yang artinya "Wuhan ...





       Mari belajar dari China dan Italia dalam perang melawan Covid-19. Ketika dihantam badai Covid-19, masyarakat China saling menguatkan patuh pada instruksi pihak otoritas dengan mengatakan "Wuhan, jiayou", yang artinya "Wuhan, kamu pasti bisa". Dan, setelah berhasil melokalisasi virus corona, masyarakat China khususnya Wuhan memberi penghormatan yang tulus kepada tenaga medis, petugas keamanan dan para relawan yang telah berjuang bersama dalam melawan virus corona. Mereka memberikan bermacam-macam hadiah dengan tulus. 




      Bagaimana dengan Italia dalam kondisi krisis pangan, krisis alat kesehatan, dan obat-obatan melawan corona? Mereka juga bersemangat dari rumahnya masing-masing menyanyikan lagu lagu heroik dan mengibarkan bendera negara lewat jendela rumahnya. Masyarakat Italia berusaha saling menguatkan dengan pemerintahnya sekaligus memberikan pesan pada dunia bahwa "Kami bersama pemerintah melawan virus corona". 


                                  World Health Organization – Medium


      World Health Organization (WHO) sendiri telah menetapkan penyakit akibat virus ini sebagai pandemi global. Artinya, penularan dan ancamannya telah melampaui batas-batas antarnegara. Kewaspadaan berbagai negara dan masyarakat internasional pun semakin memuncak. Secara global, total kasus virus corona telah melampaui 500.000 kasus. Di Indonesia, jumlah pasien Covid-19 hingga 27 Maret 2020 sudah menembus seribu kasus. Mari jadikan musibah meluasnya pandemi virus corona sebagai momentum untuk memperkuat solidaritas sosial sesama anak bangsa dalam menghadapi beragam bencana.


      Menjadi relawan kemanusiaan Sejalan dengan arahan Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid19, saat ini adalah momentum kita sebagai warga negara yang memiliki kemampuan kesehatan fisik, pengetahuan, dan keterampilan untuk menjadi relawan kemanusiaan. Ini merupakan wujud aksi bela negara, minimal di lingkungannya masing-masing. Marilah bersatu-padu bersama pemerintah untuk saling memberikan semangat dan membantu memutus mata rantai penyebaran virus, khususnya pada kelompok rentan, seperti lansia, balita, wanita hamil, dan penderita penyakit bawaan.

        Caranya antara lain dengan memberikan sosialisasi yang tepat, membagikan masker dan makanan bergizi bagi yang membutuhkan. Kita juga dapat membagikan masker kepada warga yang mengalami gejala flu dan demam, berbagai makanan ke masyarakat yang kurang sejahtera, agar imunitas diri meningkat. 
       
        Saat ini saatnya kita semua untuk hadirkan empati, terutama kepada sekeliling kita yang mengalami kepanikan, dengan memberi informasi yang akurat. Perkuat silaturahmi dengan warga sekitar yang pada saat tertentu sulit karena kesibukan masing-masing. Momentum anjuran kerja dari rumah bisa dimanfatkan untuk saling sapa menyapa, yang dihayati sebagai suatu kebajikan yang harus dihadirkan saat kita semua terutama saat menghadapi bencana. 

Relawan - Rumah Sakit Universitas Indonesia



        Relawan adalah pembangun solidaritas untuk mewujudkan rasa kebersamaan untuk saling menguatkan. Relawan atau volunteer, yaitu orang yang memiliki keterpanggilan hati untuk mengambil peran yang kontruktif pada kegiatan yang dikoordinasikan oleh institusi yang memiliki otoritas. David G Myers memaknai pengertian relawan dalam bukunya berjudul Social Psychology, yaitu orang yang memiliki hasrat membantu sesama tanpa mengharapkan imbalan. Ini sejalan dengan konsep altruisme atau biasa kita sebut sebagai "ikhlas" dan "rela". 




        Kita harus percaya bahwa bencana Covid-19 akan mudah diatasi jika ada lebih banyak lagi relawan kemanusiaan yang terlatih dan mau bergerak secara kolaboratif dengan pihak-pihak terkait, tidak jalan sendiri. Dengan menjadi relawan, kita menjadi teladan bagi orang lain untuk melakukan hal positif. Menjadi relawan bisa menjadi wujud aksi kita berhidmat menjadi insan yang bermanfaat bagi banyak orang. Sebagaimana hadist Nabi, "Khoirunnas anfa'uhum linnas", sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain. Semoga !


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Saling Menguatkan Menghadapi Covid-19.

Membangun Ketahanan Setelah Covid-19

Pengertian Ketahanan Nasional, Faktor yang Mempengaruhi, Tantangan ... 

Kita bisa melihat bagaimana bencana di masa lalu telah membuat kita gagap dan tidak berdaya. Gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir yang berulang kali meluluhlantahkan kita. Dan sekarang virus corona yang bisa disebut sebagai peristiwa angsa hitam.


      Harus diakui bahwa kita adalah makhluk yang  selalu tidak siap menghadapi bencana besar. Kesadaran akan pentingnya penanggulangan bencana hanya muncul ketika suatu bencana telah terjadi. Dan ketika itu terjadi, semuanya seperti terlambat, jatuhnya korban sulit untuk dihindari dan dampaknya akan berlangsung untuk waktu yang lama.

      Untuk keperluan diskusi, ketahanan negara terhadap bencana dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu negara untuk bersiap menghadapi bencana besar, untuk merespon dan segera memulihkan setiap gangguan yang terjadi untuk kembali ke kondisi normal.

      Untuk kasus Covid-19, meskipun jumlah kematian yang terjadi masih jauh di bawah dibandingkan bencana tsunami 2004 yang dahsyat itu, jumlah orang yang terinfeksi dan jumlah kematian terus meningkat dari hari ke hari. Kita pun khawatir sampai kapan ini akan berlangsung sebelum angka-angka itu mulai turun.

Grafik Data Kasus, Kematian, dan Kesembuhan Baru COVID-19

      Tujuan dari respon cepat harus pada meminimalkan jumlah kematian, bukan tingkat kematian. Ini seperti dalam manajemen kualitas, ketika kita ingin menjaga sesuatu yang berharga dari cacat, maka jumlah cacat menjadi dimensi kritikal yang harus dikendalikan. Jadi, pencapaian utama dalam memerangi virus ini adalah menjaga jumlah kematian serendah mungkin. 



       Untuk melakukan itu, strategi penanganan bencana harus dirumuskan berdasarkan perspektif lain: infrastruktur, masyarakat, dan pemerintah. Infrastruktur di sini mencakup semua sumber daya dari sistem pemberian perawatan kesehatan: rumah sakit, dokter, perawat, tenaga medis, dan fasilitas dan peralatan medis.


           Selain sumber daya perawatan kesehatan, infrastruktur dalam bentuk rantai pasokan yang kuat juga diperlukan. Dalam bencana besar, kepanikan di depan umum umumnya dipicu oleh kelangkaan barang yang sangat dibutuhkan. 

          Dalam kasus Covid 19, gangguan rantai pasokan terjadi, menghentikan pasokan barang seperti masker, sanitizer, dan peralatan pelindung diri. Bahkan jika barang tersedia, harganya telah meroket. Menjadi penting untuk memastikan bahwa ada kapasitas yang dicadangkan dalam rantai pasokan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan selama bencana. 



           Infrastruktur lain yang dibutuhkan untuk ketahanan negara adalah telekomunikasi dan listrik. Kebijakan pembatasan diri dari keramaian dalam berbagai bentuknya yang mendorong orang harus bekerja dari rumah membutuhkan infrastruktur telekomunikasi dan listrik yang andal. 

                                           Dilema Kebijakan Lockdown – Aceh Online

        
           Kemampuan untuk menghadapi dan menanggapi bencana juga dapat dijelaskan dari  perspektif masyarakat. Kesehatan yang baik dapat menjadi perisai terhadap ancaman penyebaran Covid 19. Semakin buruk kesehatan masyarakat, semakin rentan terhadap ancaman pandemi, dan sebaliknya. Ketika penyebaran virus tidak dapat dihindari, ketahanan negara ditentukan oleh tingkat kepatuhan masyarakat jika kebijakan lockdown dalam berbagai bentuknya dilaksanakan.

       Selain kepatuhan, tingkat altruisme masyarakat, yang menjelaskan tindakan seseorang untuk menghargai kepentingan orang lain, juga merupakan penentu keberhasilan dalam menekan penyebaran virus. 

     Tidak memborong masker dan pembersih, melakukan karantina sendiri ketika seseorang telah terpapar atau dalam pantauan adalah contoh yang jelas dari altruisme. Kemakmuran rakyat juga menentukan ketahanan terhadap bencana. 

         Kebijakan lockdown atau pembatasan mobilitas orang lebih mudah diterapkan pada mereka yang secara keuangan sudah mapan daripada mereka yang masih harus bekerja di luar rumah untuk mendapatkan nafkah setiap hari. 



          Akhirnya, ketahanan negara terhadap bencana dijelaskan oleh perspektif pemerintah. Dibutuhkan upaya yang matang dalam mempersiapkan, merespons bencana, dan mengembalikan kondisi gangguan yang terjadi kembali normal. Ini seperti orkestra simfoni, pemerintah berperan sebagai konduktor yang akan mengatur orang, rumah sakit, dokter, tenaga medis, bisnis, dan pemasok semua barang yang diperlukan dalam bencana, telekomunikasi, dan penyedia infrastruktur listrik.


Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Ade Febransyah : Ketahanan Negara Terhadap Bencana "